Jumat, 02 Mei 2014

WARKOP AWAN MBENGI SPESIALIS SHISA

Senin malam itu saya bersama Zadul, sang desain &  lay out Sangkakala serta calon redaktur pelaksana, Prima, bertemu di sebuah Warung Kopi (warkop) unik di Jalan Kaliurang KM 9. Dikatakan unik karena warkop tersebut berupa rumah antik, lengkap dengan Joglo dan gebyok (dinding kayu jati) khas rumah adat Jawa tradisional seperti rumah-rumah di perkampungan tempo dulu. Nama warung tersebut sangat nJawani, Warkop Awan Mbengi, yang tempatnya persis di pinggir Jalan Kaliurang, hanya ke utara sedikit dari Perumahan elite Bale Hinggil.
Baru memasukinya saja, kami sudah disuguhi pemandangan pekarangan tanpa konblok yang cukup luas untuk parkir lima atau tujuh mobil. Di sebelah utara terdapat sebuah kandang ternak yang sengaja dikosongkan, tanpa hewan ternak di dalamnya. Setelah memarkir sepeda motor, kamipun masuk dari arah pintu belakang yang juga bernuansa klasik, semuanya dari kayu, termasuk satu limasan berukuran kurang lebih 6x3 meter di bagian belakang ruang utama, pun semuanya dari kayu. Sebuah pemandangan yang jarang terlihat di jalan seramai Jalan Kaliurang.
Kami segera memesan menu kopi dari Kapten, sebutan bagi Kepala warung yang membawahi lima karyawan di warung tersebut. Namanya Mas Kohan, seorang pemuda yang tugasnya mengkoordinir para karyawan, sekaligus merangkap kasir dan peracik Shisa. Memang, warkop ini menyediakan rokok khas Mesir, biasa juga disebut rokok Arab (Shisha atau biasa juga disebut Hookah) yang jumlahnya mencapai 13 buah.  Bentuknya seperti lampu minyak yang dilengkapi dengan alat hisap berupa selang, dan tempat air atau soft drink di bagian bawah, bagian tengah untuk menampung uap, dan bagian paling atas adalah untuk menaruh bara api.
“Alat Shisa ini didatangkan dari Mesir, Mas. Harga satu shisa ini sekitar satu jutaan. Harga sewa untuk satu Shisa ada dua varian. Ada yang harga 20.000, ada juga yang 25.000. Yang membedakan adalah air yang ditaruh di bagian paling bawah dari Shisa. Yang harga 25.000 kami namakan Shisa standard yang berisi softdrink, sementara yang 20.000 hanya  berisi air biasa saja. Jika dilihat dari rasa variannya, sebenarnya hampir sama, kami sediakan rasa strawberry, apel, mix fruit, mint, dan jamaica,” Demikian terang Kohan.
“Pemilik warung kopi ini namanya Pak Lilik, orang asli Weleri-Jawa Tenga. Kami membuka warung ini sejak tahun 1997, sampai sekarang ada tiga cabang, termasuk di Jalan Kaliurang ini, Jalan Timbul Rejo-Pahingan, Maguwoharjo, dan terdapat juga di Kawasan  Wisata Embung Tambak Bayo, Condong Catur, Sleman.” Lanjutnya.
Warkop yang buka tiap hari antara jam 11.00 sampai dengan 01.00 tersebut, memang cocok untuk menjadi Warung Gagasan. Konsumen yang datang tidak hanya mengisi perut, seperti lazimnya warung kebanyakan, tetapi juga biasa dipakai untuk diskusi ringan sampai berat menuangkan berbagai ide atau gagasan,mencari inspirasi, sekedar nge-net, atau hanya sebagai tempat melepas penat sambil menghisap Shisa bersama teman-teman satu kampus atau satu kost-kost-an, seperti yang dilakukan oleh Romie, mahasiswa UGM, yang  malam itu tengah asyik mengobrol bersama lima orang teman-teman satu kontrakan.
“Shisanya paling enak di sini Mas... racikannya pas,” begitu komentar Romie, seorang mahasiswa UGM yang biasa nongkrong di Warkop Awan Mbengi.“Tempatnya unik, seperti rumah tradisional, apalagi tuh didepan ada kandang kerbau segala. Belum lagi kalau malam Minggu banyak perempuan cantik yang datang kesini. ” timpal Lars, mahasiswa Teknik Kimia UGM, diiringi gelak-tawa teman-temannya.Selain Shisa, Warkop Awan Mbengi juga menyediakan menu makanan khas seperti Nasi Wader plus sambal bawang, steak crispy, nasi goreng telur, dan roti Arab keju susu. Bagaimana, Anda penasaran? (NCH/ZED-Sangkakala)

0 komentar:

Posting Komentar

berilah komentar yang cerdas, jangan mencantumkan link hidup (bikin berat brooo,....)