Jumat, 02 Mei 2014



Meneladani Sunan Geseng dalam Mematuhi PerintahGuru

Sunan Kalijaga
Sunan Geseng, atau sering pula disebut Eyang Cakrajaya, adalah murid Sunan Kalijaga. Selain mempunyai garis keturunan dari Kerajaan Majapahit, Prabu Brawijaya,ia adalah keturunan Imam Jafar ash-Shadiq, dengan nasab: Sunan Geseng bin Husain bin al-Wahdi bin Hasan bin Askar bin Muhammad bin Husein bin Askib bin Mohammad Wahid bin Hasan bin Asir bin 'Al bin Ahmad bin Mosrir bin Jazar bin Musa bin Hajr bin Ja'far ash-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin al-Madani bin al-Husain bin al-Imam Ali.
Kisah tentang Sunan Geseng adalah kisah tentang kepatuhan seorang murid terhadap guru spiritualnya, Sunan Kalijaga. Apapun yang sudah ditugaskan oleh guru, sang murid siap menjalaninya walaupun resikonya sangat besar. Akan tetapi, dibalik resiko besar itu terkandung hikmah untuk dijadikan teladan oleh generasi-generasi sesudahnya, dan resiko itupun sudah terukur sesuai dengan kemampuan, kapasitas, serta maqomsi murid.
Menurut hikayat, pada suatu saat Raden Cakrajaya mengikuti anjuran Sunan Kalijaga untuk mengasingkan diri di suatu hutan untuk konsentrasi beribadah kepada Allah. Di tengah lelakunya itu, hutan tersebut terbakar, tapi beliau tidak mau menghentikan tapanya, sesuai pesan sang guru untuk jangan memutus ibadah, apapun yang terjadi, sampai sang guru datang menjenguknya. Demikianlah, ketika kebakaran berhenti dan Sunan Kalijaga datang menjenguknya, dia dapati Cakrajaya telah menghitam hangus, meskipun tetap sehat wal afiat. Maka digelarilah beliau dengan Sunan Geseng.
Pintu Makam Sunan Geseng
Menurut Juru Kunci Makam Sunan Geseng, Supadiono, makam Sunan Geseng yang ada di Jolosutro Piyungan tidak terlalu ramai diziarahi, mungkin karena letaknya yang agak susah dijangkau karena untuk sampai ke sana harus ditempuh dengan berjalan kaki melewati jalan menanjak kira-kira dua kilometer, atau bisa saja karena kurangnya informasi bahwa di tempat tersebut terdapat makam seorang waliyullah yang merupakan salah satu murid Sunan Kalijaga. Sementara juru kunci lainnya, Wanto, menjelaskan mantan Presiden RI, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) semasa hidupnya juga pernah berziarah ke makam Sunan Geseng dengan cara ditandu oleh empat orang warga setempat secara bergantian. “Waktu itu Gus Dur beserta rombongan pengiringnya berjalan menuju makam Sunan Geseng dari arah atas, bukan dari Jolosutro. Warga yang bergantian menandunya dikasih uang masing-masing 50 ribu rupiah, merekapun tentunya sangat senang melakukannya. Selain dapat dekat tokoh nasional seperti Gus Dur, juga dikasih imbalan.”
Dalam kisah versi lain, diceritakan, saat ditemukan Cakrajaya masih dalam keadaan bertapa menunggu tongkat Sunan Kalijaga. Untuk mengembalikan kesadaranya,Sunan Kalijogo memandikan Cakrajaya dipinggir Sungai Oya tepatnya di batu yang telah keluar mata airnya bekas ditancapkanya tongkat Sunan Kalijogo. Upaya tersebut  ternyata belum bisa membuat pulih total kesadaranya, maka di Sendang Banyu Urip dimandikanlah lagi Cakrajaya.Untuk mengetahui seberapa jauh tingkat kesadaran dan keilmuannya, Sunan Kalijaga bertanya dengan apakah untuk mencapai kesempurnaan hidup, apakah dengan mengetahui jati diri atau kelinuwihan (kelebihan). Cakrajaya memilih kelinuwihan, sedangkan Kanjeng Sunan sendiri lebih cenderung pada jati diri. Maka timbulah perdebatan ‘’jati, luwih, jati, luwih”. Karena keduanya memang mempunyai keilmuan yang linuwih apa yang di ucap jadilah maka terjadilah. Dengan irodah Illahi, jadilah sebuah pohon jati yang memiliki daun seperti kluwih,hingga sekarang yang dapat kita lihat di Desa Jatiluwih, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul.
Makam Sunan Geseng, Jolosutro, Piyungan, Bantul
Makam Sunan Geseng (Ki Jolosutro) terletak di Dusun Jolosutro, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Letaknya kira-kira 2 km di sebelah kanan Jalan Yogyakarta-Wonosari Km. 14 (kalau datang dari Yogyakarta). Setiap tahun ada perayaan dari warga setempat untuk menghormati Sunan Geseng. Masyarakat setempat menyebutnya tradisi Rasulan.
Selain di dekat Pantai Parangtritis Yogyakarta, makam Sunan Geseng juga dipercaya terdapat di sebuah desa yang bernama Desa Tirto, di kaki Gunung Andong, dekat Gunung Telomoyo. Secara administratif daerah tersebut di bawah Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Masyarakat sekitar makam khususnya, dan Grabag pada umumnya, sangat mempercayai bahwa makam yang ada di puncak bukit dengan bangunan cungkup dan makam di dalamnya adalah sarean (makam) Sunan Geseng.Pada Bulan Ramadhan, pada hari ke-20 malam masyarakat banyak yang berkumpul di sekitar makam untuk bermunajat. Selain itu, di Desa Kleteran (terletak di bawah Desa Tirto) juga terdapat sebuah Pondok Pesantren yang dinamai Ponpes Sunan Geseng. (NCH/Sangkakala)
(diolah dari berbagai sumber)

0 komentar:

Posting Komentar

berilah komentar yang cerdas, jangan mencantumkan link hidup (bikin berat brooo,....)