Jumat, 02 Mei 2014

MENATA MIMPI  MEMBANGUN KEHiDUPAN SEJATI

 “Suatu hal yang mesti diperhitungkan, setiap gerak membutuhkan biaya, setiap keinginan menimbulkan masalah, semua hasil usaha dari kekuatan lahir manusia tidak akan pernah mencapai nilai cukup untuk membiayai gerak kehidupan manusia dan menjawab segala permasalahan yang tumbuh tanpa kekuatan batin yang dinamakan TAQWA”


Maha Suci, Maha Agunglah Allah di setiap pagi dan sore, siang dan malam. Segala puji bagi-Nya ; puji keagungan puji syukur senantiasa meyertai dan mengiringi di setiap titik dan detik  perjalanan hidup manusia dan di setiap putaran initas alam semesta, puji bagi-Nya sepanjang masa.
Saudaraku rahimakumullah wa hadaakum.....
Lamalah kehidupan bumi, berjalan berputar dari masa ke masa mengiringi perjalanan kehidupan umat manusia dalam pendakiannya tahapan demi  tahapan kini sampailah kita, kita berada di zaman  keemasan, bumi berhias laksana taman surga bermuncullah bunga di taman semerbak harum mewangi. Betapa besarnya karunia Allah kepada kita, Dia buka perbendaharaan ilmu pengetahuan, Dia buka pikiran ahli dan memberikan kekuatan, dari karunia tersebut lahirlah kualitas yang dinamakan kemajuan IPTEK, disisi lain Allah membuka lebar-lebar kekayaan bumi raya bertemulah pancaran dari dua titik lahirlah gerak usaha, dengan mudah manusia bisa mengambil kekayaan bumi dan mampu mengolahnya sehingga fasilitas-fasilitas kehidupan menuju kesejahteraan dan kebahagiaan terpenuhi.
 Di sana kita melihat sekelompok umat dengan keahliannya mengolah bumi menghasilkan aneka ragam tumbuhan dan tambang. Di sana lagi kita melihat sekolompok umat dengan keahliannya, mereka mampu membuat bangunan yang indah, kokoh, dan megah serta masih banyak lagi yang tidak perlu kita sebutkan, sebagaimana kita saksikan dari hasil kemajuan IPTEK ini berbagai macam sarana perhubungan dalam berbagai bentuk kendaraan-kendaran baik yang di udara, darat maupun di laut. Kita juga dapat menyaksikan sarana-sarana komunikasi baik media cetak, handphone, televisi yang semuanya serba canggih. Bukankah hal ini memudahkan umat manusia untuk mencapai kebutuhan-kebutuhan dalam hidupnya sehingga terbukalah semua jalan dan hubungan ke seluruh bangsa dan negara. Dari sinilah terwujudnya era globalisasi.
“Ini semua adalah wujud kenikmatan yang dihidangkan dan ditawarkan kepada kita hari ini. Kalau begitu apa yang kita keluhkan di kehidupan ini??”
Mestinya tidak ada yang kita keluhkan, kalaulah manusia tidak terlena (ghoflah) tersanjung oleh kemajuan-kemajuan yang dihasilkan kemajuan iptek hari ini, kalaulah manusia tidak terbujuk oleh keindahan dan wanginya bunga-bunga kehidupan dunia yang mekar hari ini. Janganlah kita tersanjung oleh kepandaian dan keberhasilan iptek hari ini yang menjadikan kita sombong dan buta akal di kepala, sehingga tidak melihat posisi (maqom) Tuhan disetiap jengkal keberhasilan dan juga tidak bisa melihat posisi diri. Janganlah kita tebujuk oleh fatamorgana keindahan dunia ini sehingga menjadi buta mata hati; gila harta gila jabatan dan gila yang banyak lagi.
هَذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ
ini adalah karunia Tuhan untuk menguji kita akankah kita bersyukur kepada-Nya ataukah kita akan menjadi tangdingan-Nya. Sadarlah manusia! ini semua semata-mata adalah anugerah Tuhan bukan kepandaian dan kehebatan manusia. Nilai perjuangan dan pengorbananmu tidak lebih dari sekedar tata krama hamba kepada Yang Maha Pencipta. Tidakkah kita sadar bahwa kepandaian dan semua yang kita miliki terbatas, dibatasi oleh qudrah (kekuasaan) dan iradah (kehendak) Tuhan, dibatasi oleh program dan dibatasi oleh hukum yang telah ditentukan-Nya.
Manusia dengan segala posisi dan kedudukannya tidak lain kecuali hanya abdi dan khalifah. Maka sadarilah secara de facto manusia tidak akan bisa merasakan dan mengambil kenikmatan-kenikmatan yang dianugerahkan tanpa pengabdian; pengabdian kepada Allah dalam garis horizon maupun vertikal. Dalam garis horizon manusia dicipta sebagai mahluk sosial (zone politism). Petani yang pandai dan berhasil, dia tidak akan pernah bisa menikmati hasil pertaniannya walaupun berlimpah ruah kalau semuanya hanya dimakan sendiri  begitu pula dengan pembuat-pembuat bangunan, pembuat mobil, pembuat elektronik, kalau hanya dipakai untuk pembuatnya sendiri. Secara implisit mereka pasti merasakan dan mengakui bahwa mereka berharap dari apa yang mereka hasilkan bisa dibutuhkan dan disenangi oleh orang lain, atau dengan kata lain memiliki nilai jual dan laku. Ini adalah bukti nyata secara garis horizon manusia tidak lain hanya abdi, hubungan manusia dengan sesama adalah hubungan saling mengabadi.
Terlebih lagi dalam garis vertikal, manusia itu tidak lain hanya abdi Allah, tanpa pengabdian kepada Allah segala perjuangannya hanya wujud pendakian di gunung api, tanpa pengabdian kepada Tuhan, pengabdian kepada siapapun juga hanya akan menghasilkan kecewa dan perpecahan. Bercerai berailah dari apa yang dihimpun, bukan persahabatan yang dicapai, bukan persaudaraan yang diperoleh tapi permusuhan, bukan kerjasama tapi sengketa, bukan suka cita namun lamunan belaka.
Dalam posisi atau kedudukan apapun juga, semestinya manusia akan tetap dalam kesadarannya, manusia tidak lain adalah khalifah di muka bumi raya. Artinya setiap manusia yang berdiri di bumi ini hanyalah sebagai pengganti dan penerus umat sebelumnya. Pada suatu saat Kamu sekalian juga akan diganti dan diteruskan oleh manusia generasi sesudahmu. Dari sini, jelaslah bahwa kehidupan manusia di bumi raya ini sangat terbatas, kita tidak tahu akankah kita dapat menyelesaikan tugas ataukah belum menyelesaikannya.
Jika dilihat dalam dimensi vertikal, manusia dihidupkan di bumi raya ini membawa risalah (misi) dari Allah Sang Pencipta untuk menata dan mengolah kekayaan bumi yang mana semuanya masih dicipta berupa bahan mentah atau biji. Hanya dengan petunjuk Tuhanlah manusia akan bisa mengolah kekayaan tersebut untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan dalam hidupnya, dan juga sebagai fasilitas dalam menciptakan kemakmuran di bumi raya ini guna membangun rumah kehidupan dalam kejayaan dan kesejehtraan yang bertabur bunga keindahan dan kenikmatan baik di dunia ataupun di akherat nanti. Artinya, manusia ini bukan Tuhan! bukan penentu dan pemutus akan terjadinya peristiwa di dunia. Kamu bukan pencipta dan bukan penguasa mutlak! kamu tidak boleh sombong! tidak boleh memaksa orang lain! bahkan memaksakan kehendak diri sekalipun takkan dapat, bila dapat, maka yang didapati hanya kekecewaan dan kahinaan.

0 komentar:

Posting Komentar

berilah komentar yang cerdas, jangan mencantumkan link hidup (bikin berat brooo,....)