MENATA MIMPI MEMBANGUN KEHiDUPAN SEJATI
“Suatu hal yang mesti diperhitungkan, setiap gerak membutuhkan biaya, setiap keinginan menimbulkan masalah, semua hasil usaha dari kekuatan lahir manusia tidak akan pernah mencapai nilai cukup untuk membiayai gerak kehidupan manusia dan menjawab segala permasalahan yang tumbuh tanpa kekuatan batin yang dinamakan TAQWA”
Maha Suci,
Maha Agunglah Allah di setiap pagi dan sore, siang dan malam. Segala puji
bagi-Nya ; puji keagungan puji syukur senantiasa meyertai dan mengiringi di
setiap titik dan detik perjalanan hidup
manusia dan di setiap putaran initas alam semesta, puji bagi-Nya sepanjang
masa.
Saudaraku rahimakumullah wa hadaakum.....
Lamalah
kehidupan bumi, berjalan berputar dari masa ke masa mengiringi perjalanan
kehidupan umat manusia dalam pendakiannya tahapan demi tahapan kini sampailah kita, kita berada di
zaman keemasan, bumi berhias laksana
taman surga bermuncullah bunga di taman semerbak harum mewangi. Betapa besarnya
karunia Allah kepada kita, Dia buka perbendaharaan ilmu pengetahuan, Dia buka
pikiran ahli dan memberikan kekuatan, dari karunia tersebut lahirlah kualitas
yang dinamakan kemajuan IPTEK, disisi lain Allah membuka lebar-lebar kekayaan
bumi raya bertemulah pancaran dari dua titik lahirlah gerak usaha, dengan mudah
manusia bisa mengambil kekayaan bumi dan mampu mengolahnya sehingga
fasilitas-fasilitas kehidupan menuju kesejahteraan dan kebahagiaan terpenuhi.
Di sana kita melihat sekelompok umat dengan
keahliannya mengolah bumi menghasilkan
aneka ragam tumbuhan dan tambang. Di sana lagi kita melihat sekolompok umat
dengan keahliannya, mereka mampu membuat bangunan yang indah, kokoh, dan megah
serta masih banyak lagi yang tidak perlu kita sebutkan, sebagaimana kita
saksikan dari hasil kemajuan IPTEK ini berbagai macam sarana perhubungan dalam
berbagai bentuk kendaraan-kendaran baik yang di udara, darat maupun di laut.
Kita juga dapat menyaksikan sarana-sarana komunikasi baik media cetak,
handphone, televisi yang semuanya serba canggih.
Bukankah hal ini memudahkan umat manusia untuk mencapai kebutuhan-kebutuhan
dalam hidupnya sehingga terbukalah semua jalan dan hubungan ke seluruh bangsa
dan negara. Dari sinilah terwujudnya era globalisasi.
“Ini
semua adalah wujud kenikmatan yang dihidangkan dan ditawarkan kepada kita hari
ini. Kalau begitu apa yang kita keluhkan di kehidupan ini??”
Mestinya
tidak ada yang kita keluhkan, kalaulah manusia tidak terlena (ghoflah)
tersanjung oleh kemajuan-kemajuan yang dihasilkan kemajuan iptek hari ini,
kalaulah manusia tidak terbujuk oleh keindahan dan wanginya bunga-bunga
kehidupan dunia yang mekar hari ini. Janganlah kita tersanjung oleh kepandaian
dan keberhasilan iptek hari ini yang menjadikan kita sombong dan buta akal di
kepala, sehingga tidak melihat posisi (maqom) Tuhan disetiap jengkal
keberhasilan dan juga tidak bisa melihat posisi diri. Janganlah kita tebujuk
oleh fatamorgana keindahan dunia ini sehingga menjadi buta mata hati; gila
harta gila jabatan dan gila yang banyak lagi.
هَذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّي
لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ
ini adalah
karunia Tuhan untuk menguji kita akankah kita bersyukur kepada-Nya ataukah kita
akan menjadi tangdingan-Nya. Sadarlah manusia! ini semua semata-mata adalah
anugerah Tuhan bukan kepandaian dan kehebatan manusia. Nilai perjuangan dan
pengorbananmu tidak lebih dari sekedar tata krama hamba kepada Yang Maha
Pencipta. Tidakkah kita sadar bahwa kepandaian dan semua yang kita miliki
terbatas, dibatasi oleh qudrah (kekuasaan) dan iradah (kehendak)
Tuhan, dibatasi oleh program dan dibatasi oleh hukum yang telah ditentukan-Nya.
Manusia
dengan segala posisi dan kedudukannya
tidak lain kecuali hanya abdi dan khalifah. Maka sadarilah secara
de facto manusia tidak akan bisa merasakan dan mengambil
kenikmatan-kenikmatan yang dianugerahkan tanpa pengabdian; pengabdian kepada
Allah dalam garis horizon maupun vertikal. Dalam garis horizon manusia dicipta
sebagai mahluk sosial (zone politism). Petani yang pandai dan berhasil,
dia tidak akan pernah bisa menikmati hasil pertaniannya walaupun berlimpah ruah
kalau semuanya hanya dimakan sendiri
begitu pula dengan pembuat-pembuat bangunan, pembuat mobil, pembuat
elektronik, kalau hanya dipakai untuk pembuatnya sendiri. Secara implisit
mereka pasti merasakan dan mengakui bahwa mereka berharap dari apa yang mereka
hasilkan bisa dibutuhkan dan disenangi oleh orang lain, atau dengan kata lain
memiliki nilai jual dan laku. Ini adalah bukti nyata secara garis horizon
manusia tidak lain hanya abdi, hubungan manusia dengan sesama adalah hubungan
saling mengabadi.
Terlebih
lagi dalam garis vertikal, manusia itu tidak lain hanya abdi Allah, tanpa
pengabdian kepada Allah segala perjuangannya hanya wujud pendakian di gunung
api, tanpa pengabdian kepada Tuhan, pengabdian kepada siapapun juga hanya akan
menghasilkan kecewa dan perpecahan. Bercerai berailah dari apa yang dihimpun,
bukan persahabatan yang dicapai, bukan persaudaraan yang diperoleh tapi
permusuhan, bukan kerjasama tapi sengketa, bukan suka cita namun lamunan
belaka.
Dalam posisi
atau kedudukan apapun juga, semestinya manusia akan tetap dalam kesadarannya,
manusia tidak lain adalah khalifah di muka bumi raya. Artinya setiap manusia
yang berdiri di bumi ini hanyalah sebagai pengganti dan penerus umat
sebelumnya. Pada suatu saat Kamu sekalian juga akan diganti dan diteruskan oleh
manusia generasi sesudahmu. Dari sini, jelaslah bahwa kehidupan manusia di bumi
raya ini sangat terbatas, kita tidak tahu akankah kita dapat menyelesaikan
tugas ataukah belum menyelesaikannya.
Jika dilihat
dalam dimensi vertikal, manusia dihidupkan di bumi raya ini membawa risalah
(misi) dari Allah Sang Pencipta untuk menata dan mengolah kekayaan bumi yang
mana semuanya masih dicipta berupa bahan mentah atau biji. Hanya dengan
petunjuk Tuhanlah manusia akan bisa mengolah kekayaan tersebut untuk memenuhi
kebutuhan yang diperlukan dalam hidupnya, dan juga sebagai fasilitas dalam
menciptakan kemakmuran di bumi raya ini guna membangun rumah kehidupan dalam
kejayaan dan kesejehtraan yang bertabur bunga keindahan dan kenikmatan baik di
dunia ataupun di akherat nanti. Artinya, manusia ini bukan Tuhan! bukan
penentu dan pemutus akan terjadinya peristiwa di dunia. Kamu bukan pencipta dan
bukan penguasa mutlak! kamu tidak boleh sombong! tidak boleh memaksa orang
lain! bahkan memaksakan kehendak diri sekalipun takkan dapat, bila dapat, maka
yang didapati hanya kekecewaan dan kahinaan.
0 komentar:
Posting Komentar
berilah komentar yang cerdas, jangan mencantumkan link hidup (bikin berat brooo,....)