WARKOP AWAN MBENGI SPESIALIS SHISA
Senin malam itu saya bersama Zadul, sang desain & lay out Sangkakala serta calon redaktur
pelaksana, Prima, bertemu di sebuah Warung Kopi (warkop) unik di Jalan
Kaliurang KM 9. Dikatakan unik karena warkop tersebut berupa rumah antik,
lengkap dengan Joglo dan gebyok (dinding kayu jati) khas rumah adat Jawa
tradisional seperti rumah-rumah di perkampungan tempo dulu. Nama warung
tersebut sangat nJawani, Warkop Awan Mbengi, yang tempatnya persis di pinggir
Jalan Kaliurang, hanya ke utara sedikit dari Perumahan elite Bale Hinggil.
Baru memasukinya saja, kami sudah disuguhi pemandangan
pekarangan tanpa konblok yang cukup luas untuk parkir lima atau tujuh mobil. Di
sebelah utara terdapat sebuah kandang ternak yang sengaja dikosongkan, tanpa
hewan ternak di dalamnya. Setelah memarkir sepeda motor, kamipun masuk dari
arah pintu belakang yang juga bernuansa klasik, semuanya dari kayu, termasuk
satu limasan berukuran kurang lebih 6x3 meter di bagian belakang ruang utama, pun
semuanya dari kayu. Sebuah pemandangan yang jarang terlihat di jalan seramai
Jalan Kaliurang.
Kami segera memesan menu kopi dari Kapten, sebutan bagi
Kepala warung yang membawahi lima karyawan di warung tersebut. Namanya Mas
Kohan, seorang pemuda yang tugasnya mengkoordinir para karyawan, sekaligus
merangkap kasir dan peracik Shisa. Memang, warkop ini menyediakan rokok khas
Mesir, biasa juga disebut rokok Arab (Shisha atau biasa juga disebut Hookah)
yang jumlahnya mencapai 13 buah.
Bentuknya seperti lampu minyak yang dilengkapi dengan alat hisap berupa
selang, dan tempat air atau soft drink di bagian bawah, bagian tengah
untuk menampung uap, dan bagian paling atas adalah untuk menaruh bara api.
“Alat Shisa ini didatangkan dari Mesir, Mas. Harga satu
shisa ini sekitar satu jutaan. Harga sewa untuk satu Shisa ada dua varian. Ada
yang harga 20.000, ada juga yang 25.000. Yang membedakan adalah air yang
ditaruh di bagian paling bawah dari Shisa. Yang harga 25.000 kami namakan Shisa
standard yang berisi softdrink, sementara yang 20.000 hanya berisi air biasa saja. Jika dilihat dari rasa
variannya, sebenarnya hampir sama, kami sediakan rasa strawberry, apel, mix
fruit, mint, dan jamaica,” Demikian terang Kohan.
“Pemilik warung kopi ini namanya Pak Lilik, orang asli
Weleri-Jawa Tenga. Kami membuka warung ini sejak tahun 1997, sampai sekarang
ada tiga cabang, termasuk di Jalan Kaliurang ini, Jalan Timbul Rejo-Pahingan,
Maguwoharjo, dan terdapat juga di Kawasan
Wisata Embung Tambak Bayo, Condong Catur, Sleman.” Lanjutnya.
Warkop yang buka tiap hari antara jam 11.00 sampai dengan
01.00 tersebut, memang cocok untuk menjadi Warung Gagasan. Konsumen yang datang
tidak hanya mengisi perut, seperti lazimnya warung kebanyakan, tetapi juga
biasa dipakai untuk diskusi ringan sampai berat menuangkan berbagai ide atau
gagasan,mencari inspirasi, sekedar nge-net, atau hanya sebagai tempat
melepas penat sambil menghisap Shisa bersama teman-teman satu kampus atau satu
kost-kost-an, seperti yang dilakukan oleh Romie, mahasiswa UGM, yang malam itu tengah asyik mengobrol bersama lima
orang teman-teman satu kontrakan.
“Shisanya paling enak di sini Mas... racikannya pas,” begitu
komentar Romie, seorang mahasiswa UGM yang biasa nongkrong di Warkop Awan
Mbengi.“Tempatnya unik, seperti rumah tradisional, apalagi tuh didepan
ada kandang kerbau segala. Belum lagi kalau malam Minggu banyak perempuan
cantik yang datang kesini. ” timpal Lars, mahasiswa Teknik Kimia UGM, diiringi
gelak-tawa teman-temannya.Selain Shisa, Warkop Awan Mbengi juga menyediakan menu
makanan khas seperti Nasi Wader plus sambal bawang, steak crispy, nasi goreng
telur, dan roti Arab keju susu. Bagaimana, Anda penasaran? (NCH/ZED-Sangkakala)
0 komentar:
Posting Komentar
berilah komentar yang cerdas, jangan mencantumkan link hidup (bikin berat brooo,....)