Meneladani Sunan Geseng dalam Mematuhi PerintahGuru
Sunan Kalijaga |
Sunan Geseng, atau sering pula disebut Eyang Cakrajaya,
adalah murid Sunan Kalijaga. Selain mempunyai garis keturunan
dari Kerajaan Majapahit, Prabu Brawijaya,ia adalah keturunan Imam Jafar ash-Shadiq, dengan
nasab: Sunan Geseng bin Husain bin al-Wahdi bin Hasan bin Askar bin
Muhammad bin Husein bin Askib bin Mohammad Wahid bin Hasan bin Asir bin 'Al bin
Ahmad bin Mosrir bin Jazar bin Musa bin Hajr bin Ja'far ash-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin al-Madani
bin al-Husain bin al-Imam
Ali.
Kisah tentang Sunan Geseng adalah kisah tentang
kepatuhan seorang murid terhadap guru spiritualnya, Sunan Kalijaga. Apapun yang
sudah ditugaskan oleh guru, sang murid siap menjalaninya walaupun resikonya
sangat besar. Akan tetapi, dibalik resiko besar itu terkandung hikmah untuk
dijadikan teladan oleh generasi-generasi sesudahnya, dan resiko itupun sudah
terukur sesuai dengan kemampuan, kapasitas, serta maqomsi murid.
Menurut hikayat, pada suatu saat Raden Cakrajaya
mengikuti anjuran Sunan Kalijaga untuk mengasingkan diri di suatu hutan untuk konsentrasi beribadah kepada Allah. Di tengah lelakunya itu, hutan
tersebut terbakar, tapi beliau tidak mau menghentikan tapanya, sesuai pesan
sang guru untuk jangan memutus ibadah, apapun yang terjadi, sampai sang guru datang menjenguknya. Demikianlah, ketika kebakaran
berhenti dan Sunan Kalijaga datang menjenguknya, dia dapati Cakrajaya telah
menghitam hangus, meskipun tetap sehat wal afiat. Maka digelarilah beliau
dengan Sunan Geseng.
Pintu Makam Sunan Geseng |
Menurut Juru Kunci Makam Sunan Geseng, Supadiono, makam Sunan Geseng yang ada
di Jolosutro Piyungan tidak terlalu ramai diziarahi, mungkin karena letaknya
yang agak susah dijangkau karena untuk sampai ke sana harus ditempuh dengan
berjalan kaki melewati jalan menanjak kira-kira dua kilometer, atau bisa saja
karena kurangnya informasi bahwa di tempat tersebut terdapat makam seorang
waliyullah yang merupakan salah satu murid Sunan Kalijaga. Sementara juru kunci
lainnya, Wanto, menjelaskan mantan Presiden RI, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur)
semasa hidupnya juga pernah berziarah ke makam Sunan Geseng dengan cara ditandu
oleh empat orang warga setempat secara bergantian. “Waktu itu Gus Dur beserta
rombongan pengiringnya berjalan menuju makam Sunan Geseng dari arah atas, bukan
dari Jolosutro. Warga yang bergantian menandunya dikasih uang masing-masing 50
ribu rupiah, merekapun tentunya sangat senang melakukannya. Selain dapat dekat
tokoh nasional seperti Gus Dur, juga dikasih imbalan.”
Dalam kisah
versi lain, diceritakan, saat ditemukan Cakrajaya masih dalam keadaan bertapa
menunggu tongkat Sunan Kalijaga. Untuk mengembalikan kesadaranya,Sunan Kalijogo
memandikan Cakrajaya dipinggir Sungai Oya tepatnya di batu yang telah keluar
mata airnya bekas ditancapkanya tongkat Sunan Kalijogo. Upaya tersebut ternyata belum bisa membuat pulih total
kesadaranya, maka di Sendang Banyu Urip dimandikanlah lagi Cakrajaya.Untuk
mengetahui seberapa jauh tingkat kesadaran dan keilmuannya, Sunan Kalijaga
bertanya dengan apakah untuk mencapai kesempurnaan hidup, apakah dengan
mengetahui jati diri atau kelinuwihan (kelebihan). Cakrajaya memilih
kelinuwihan, sedangkan Kanjeng Sunan sendiri lebih cenderung pada jati diri. Maka
timbulah perdebatan ‘’jati, luwih, jati, luwih”. Karena keduanya memang
mempunyai keilmuan yang linuwih apa yang di ucap jadilah maka terjadilah.
Dengan irodah Illahi, jadilah sebuah pohon jati yang memiliki daun seperti
kluwih,hingga sekarang yang dapat kita lihat di Desa Jatiluwih, Kecamatan
Dlingo, Kabupaten Bantul.
Makam Sunan Geseng, Jolosutro, Piyungan, Bantul |
Makam Sunan Geseng (Ki Jolosutro) terletak di Dusun
Jolosutro, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Letaknya kira-kira 2 km di sebelah
kanan Jalan Yogyakarta-Wonosari Km. 14 (kalau datang dari Yogyakarta). Setiap
tahun ada perayaan dari warga setempat untuk menghormati Sunan Geseng. Masyarakat
setempat menyebutnya tradisi Rasulan.
Selain di dekat Pantai Parangtritis Yogyakarta, makam
Sunan Geseng juga dipercaya terdapat di sebuah desa yang bernama Desa Tirto, di
kaki Gunung Andong, dekat Gunung Telomoyo. Secara administratif daerah tersebut
di bawah Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Masyarakat sekitar makam khususnya, dan Grabag pada
umumnya, sangat mempercayai bahwa makam yang ada di puncak bukit dengan
bangunan cungkup dan makam di dalamnya adalah sarean (makam) Sunan Geseng.Pada
Bulan Ramadhan, pada hari ke-20 malam masyarakat banyak yang berkumpul di sekitar
makam untuk bermunajat. Selain itu, di Desa Kleteran (terletak di bawah Desa
Tirto) juga terdapat sebuah Pondok Pesantren yang dinamai Ponpes Sunan Geseng.
(NCH/Sangkakala)
(diolah dari
berbagai sumber)
0 komentar:
Posting Komentar
berilah komentar yang cerdas, jangan mencantumkan link hidup (bikin berat brooo,....)