PEMUKA AGAMA MEMANDANG KEISTIMEWAAN DIY
KH. Abdul Muhaimin (Pemuka Dien Islam PP Nurul Umatan)
Jika ditinjau dari isinya, muatan
UUK DIY Nomor 13 Tahun 2012 yang baru saja disahkan sangat jauh dari harapan. Hanya
5 aspek yang dicover, sementara Maklumat 5 Septemberantara lain memuat
keputusan penting bahwasegala kekuasaan ada ditangan Sultandan pertanggungjawaban
langsung ke Presiden. Jika dikalkulasi, UUK DIY tersebutisinya hanya memuat
10 persen saja dari eksistensi Kraton sebelum bergabung dengan NKRI. Apalagi
yang menyerahkan juga hanya Dirjen, bukan Mendagri terlebih Presiden.Kalau
dilihat keistimewaan DIY jelas sangat banyak, tapi, saya lebih fokus pada gelar
sultan yang panjang, Ngarso Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun, Kanjeng
Sultan Hamengku Buwono, Senopati Ing Alogo Ngabdurrahman Sayyidin Panotogomo
Kalipatullah. Ini merupakan sebuah konsep kepemimpinan yang bisa jadi di
dunia hanya satu-satunya, ada 3 prototipe kepemimpinan.
1. Ngarso
dalem Sampeyan Dalem (PrototipeKepemimpinan Cultural
2. Kanjeng
Sultan Hamengku Buwono Senopati Ing Alogo (Prototipe Kepemimpinan Politik
3. Ngabdurrahman
Sayyidin Panotogomo Kalipatullah (Prototipe Kepemimpinan Religius)
Soal Penetapan itupun saya tidak
setuju, karena intinya penetapan kemarin itu hanyalah sebuah pengukuhan, isinya
hanyalah sebuah pengakuan tentang culture, historisitas, dan peran-peran
politis masa lalu. Dan sejatinya Jogja memang tidak meminta, keistimewaan DIY
sudah melekat sejak dulu. Makabagi saya, harapan terbesarnya adalah Ngarso
Dalem semogamampu merepresentasikan ketiga prototipe kepemimpinan tersebut.
Konsep kepemimpinan dengan tiga kepemimpinan tersebut di negara manapun mungkin
tidak ada, hanya ada di sini, di Jogja, ini kan warisan dunia. Dari 42 kerajaan
Islam, kerajaan besar di Nusantara, hanya Jogja yang rajanya mempunyai gelar
sepanjang itu.
Rekam jejak kepemimpinan religius
Kraton Yogyakarta cukup jelas terlihat pada karya-karya religius yang jumlahnya
cukup banyak, antara lain tata ruang dan kalender. Tata ruang yang merupakan
konsep imajiner sejumlah titik-titik sentral wilayah Kraton waktu berdirinya
Mataram Islam, ditiru banyak daerah di Indonesia, terbukti dengan tata kota
Kabupaten yang selalu terdapat alun-alun, lapangan, mesjid yang selalu ada di
setiap kota kabupaten.
Pdt. Elga Sarapung (Pemuka Kristen Protestan)
- Fakta penduduk Jogja yang majemuk, plural, dan multikultur
- Kesadaran akan perlunya mengisi dan mempertahankan tradisi
- Mempertahankan predikat Jogja sebagai kota pendidikan.
Itu semua akan berjalan dengan
baik, dengan syarat tidak dipolitisir. Pesan saya, jangan sampai Jogja menjadi
kota yang dibangun atas nama modernisasi yang masyarakatnya berubah hedonis.
Jika dibiarkan, pada akhirnya akan dapat membentuk karakter masyarakat yang
individualis dan egois. Semoga hal ini tidak terjadi, silakan saja kota
dibangun sedemikian rupa, tetapi tradisi jangan sampai hilang dari kota budaya
dan pendidikan ini.
Bikkhu Sri Panyavaro (Pemuka Dharma Buddha/Candi Mendut)
Bagi kami selaku umat Buddha, Yogyakarta jelas Istimewa. Sultan HB IX adalah orang yang sangat berjasa dalam Pemugaran Candi Borobudur. Waktu itu beliaulah yang menjadi Ketua Komite Pemugaran Candi, yang memerlukan dana sangat besar, tapi atas kegigihan beliau dana tersebut dapat terkumpul untuk pelaksanaan pemugaran.
Dr. G. Budi Subanar (Pemuka Katholik)
Soal keistimewaan DIY, saya
melihatnya yang pertama dari sejarah, ibarat manusia, balita RI ada di Jogja dari awal tahun 1946
sampai akhir 1949. Segala tata urusan pemerintahan awal mulanya juga ada di Jogja. Dari segi historis
pendidikan, Jogja sangat berperan penting. Hal ini terlihat dari sejarah
pendidikan tinggi, Jogja menopang pendidikan-pendidikan tinggi di kota-kota
lain di Indonesia. Bahkan sampai sekarangpun banyak dari daerah yang menimba ilmunya di
Jogja, sehingga banyak sekali
alumni-alumni yang menjadi tulang punggung di berbagai daerah. Sangat jelas apa sumbangsih Jogja
terhadap Indonesia, jika dilihat dari segi pendidikan.
Selain dari segi historis, keistimewaan
DIY juga terlihat dari segi
sosiologis masyarakat pendukungnya. Keistimewaan
DIY yang ditempatkan pada pimpinan daerah, merupakan puncak dari keseluruhan
bangunan yang menopang keistimewaan
tersebut. Tata pemerintahan
yang sekarang berlangsung di Jakarta saat ini, pelantikan Presiden pertama berlangsung di Jogja. Kementrian-kementrian juga
awal mulanya di Jogja, ada Kementrian Kemakmuran, Kementrian Kehakiman, Mentri Dalam Negri, Mentri Pemuda. Itu semua sejarahnya belum digarap. Padahal
jika betul-betul digarap, tata pemerintahan yang ada sekarang akan terlihat
kontinuitas atau keberlanjutannya. Saya tidak sreg jika ada yang mengatakan
Jogja sebagai Indonesia kecil atau Nusantara kecil, menurut saya Jogja adalah
Potret Indonesia.
Acarya Shiwa Buddha Yogma (Pemuka Hindu )
Sebagai
orang yang pernah lama tinggal si Jogja, saya berharap Jogja tetap
mempertahankan budaya adiluhung, budaya-budaya Jawa, termasuk tradisi
Karatonnya. bagaimanapun juga Jogja tidakl boleh melupakan apalagi
menghilangkan budaya leluhurnya. Begitulah Keistimewaan Jogja, Semoga
dapat dipertahankan dan dijaga kelestariannya.
0 komentar:
Posting Komentar
berilah komentar yang cerdas, jangan mencantumkan link hidup (bikin berat brooo,....)